Hari-hari ini bacaan mengaji
Al-Quran saya kembali bersua dengan Surat Ali Imran (surat ke-3 di dalam
Al-Quran). Kalau sudah khatam (tamat) membaca Quran, maka saya mulai
lagi dari surat pertama.
Surat Ali Imran termasuk surat yang
panjang (ada 200 buah ayat). Ali Imran adalah nama seorang lelaki yang
keluarganya terpilih oleh Allah sebagai keluarga yang diberkati (yaitu keluarga
Ali Imran). Nama Ali Imran diabadikan di dalam Al-Quran sebagai salah satu nama
surat.
Sesungguhnya Allah telah memilih
Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa
mereka masing-masing), (3:33)
Ternyata maksud Allah memilih
keluarga Ali Imran adalah karena dari pasangan suami istri ini lahir salah
seorang wanita yang mulia dalam sejarah yaitu Maryam (atau Maria dalam
Alkitab). Saya baru tahu kalau Maryam itu adalah putri Ali Imran.
Ketika Maryam masih di dalam
kandungan, istri Imran bernazar akan “menyerahkan” anaknya itu kepada Allah
sebagai Pemelihara agar kelak menjadi hamba yang soleh yang selalu berkhidmat
di Baitul Maqdis (Yerussalem). Hal ini tertulis di dalam ayat ke-35 yang
terjemahannya berbunyi:
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran
berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam
kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena
itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (3:35)
Ketika tahu anak yang dilahirkan itu
adalah perempuan, istri Imran menamai anaknya Maryam, dan istri Imran meminta
kepada Allah agar anaknya itu dipelihara oleh Allah dan melindunginya dari
syetan.
Maka tatkala isteri ‘Imran
melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya
seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu;
dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah
menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.”
(3:36)
Allah menerima nazar istri Imran
lalu mememrintahkan Zakaria sebagai pengasuh dan pemelihara Maryam. Menurut
para ahli tafsir Nabi Zakaria itu adalah paman Maryam. Berarti benar ya
keluarga besar Imran adalah keluarga yang diberkati karena keturunannya menjadi
orang-orang sholeh (Imran, Maryam, Isa putera Maryam, Nabi Zakaria paman
Maryam, dan Yahya putera Zakaria).
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai
nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik
dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. (3:37)
Maryam tumbuh menjadi wanita yang
kerjanya setiap hari hanya beribadah dengan berkhidmat kepada Allah di
Rumah-Nya di Baitul Maqdis. Zakaria adalah “kuncen” Rumah Allah tersebut. Di
sinilah Allah menurunkan Rahmat-Nya kepada Maryam. Setiap kali Zakaria menemui
Maryam di mihrab, dia mendapati berbagai makanan yang lezat berada di samping
Maryam. Dari manakah datangnya makanan itu? Setahu dia Maryam tidak pernah
membawa makanan ke Rumah-Nya, Zakarilah yang selalu mengantarkan makanan kepada
Maryam. Maryam menjawab bahwa makanan itu berasal langsung dari Allah, mungkin
diturunkan dari langit atau melalui perantara malaikat-Nya.
Lanjutan ayat 37 di atas:
Setiap Zakariya masuk untuk menemui
Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam
dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari
sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. (3:37)
Di dalam Surat Ali Imran juga
dikisahkan bahwa Nabi Zakaria sudah tua tetapi belum juga dikarunia anak.
Mungkin terinspirasi dari keponakannya, Maryam, yang menjadi ahli ibadah,
Zakaria juga bermohon agar dirinya diberi keturunan.
Di sanalah Zakariya mendo’a kepada
Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a”. (3:38)
Ketika Zakaria sedang shalat di
mihrab, berserulah malaikat Jibril kepadanya:
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil
Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya):
“Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu)
Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan,
menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang
saleh”. (3:39)
Zakaria yang kaget mendapat wahyu
dari malaikat Jibril merasa heran, bagaimana mungkin dia akan memperoleh anak
seangkan sitrinya seorang yang mandul. Allah menjawab (melalui malaikat Jibril)
hal itu mudah saja bagi-Nya, apapun yang Dia kehendaki maka akan terjadi (kun
fayakun).
Zakariya berkata: “Ya Tuhanku,
bagaimana aku bisa mendapat anak sedang aku telah sangat tua dan isteriku pun
seorang yang mandul?”. Berfirman Allah: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya”. (3:40)
Zakaria masih tetap belum yakin dia
akan mempunyai anak, oleh karena itu dia meminta suatu tanda bahwa istrinya
bakal mengandung. Allah mengatakan bahwa tanda-tanda istrinya mengandung adalah
Zakaria tidak akan bisa berbicara selama tiga hari, kecuali pakai bahasa
isyarat.
Berkata Zakariya: “Berilah aku suatu
tanda (bahwa isteriku telah mengandung)”. Allah berfirman: “Tandanya bagimu,
kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan
isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di
waktu petang dan pagi hari”. (3:41)
Kelak anak yang lahir dari kandungan
itu diberi nama Yahya dan menjadi Nabi yang ke-23 setelah Zakaria. Dari sini
kita juga tahu bahwa Nabi Yahya semasa hidupnya dengan Maryam.
Kembali ke kisah Maryam tadi. Allah
telah memilih Maryam sebagai wanita solehah yang dilebihkan dari wanita lain di
dunia.
Dan (ingatlah) ketika Malaikat
(Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu). (3:42)
Sebagai bentuk ketaatan, Allah
memerintahkan Maryam agar selalu menyembah Allah, selalu sujud dan rukuk kepada
Allah bersama orang-orang lainnya lainnya yang menyembah Allah.
Hai Maryam, ta’atlah kepada Tuhanmu,
sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (3:43)
Sampai suatu hari Allah akan
memberikan suatu keajaiban yang tidak disangka-sangka bagi Maryam. Allah
mengabarkan bahwa Maryam akan mengandung seorang anak lelaki yang namanya sudah
ditentukan oleh Allah yaitu Isa Al Masih (atau Al Masih isa putera Maryam).
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata:
“Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang
putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al
Masih ‘Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan
termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), (3:45)
Ketika masih bayi Isa kelak memiliki
mukjizat yaitu sudah bisa berbicara dengan manusia:
dan dia berbicara dengan manusia
dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang
saleh.” (3:46)
Maryam tentu saja merasa kaget,
bagaiman mungkin dia akan mengandung, padahal dia belum menikah, dan dia belum
pernah disentuh atau berhubungan dengan lelaki manapun. Tentu saja, karena
Maryam kerjanya setiap hari hanyalah berkhidmat kepada Allah di Baitul Maqdis.
Dia jarang keluar dari Rumah-Nya, apalagi bergaul dengan lelaki. Allah menjawab
seperti kasus Nabi Zakaria di atas, bahwa hal itu mudah saja bagi-nya, kun
fayakun, maka apapunyang Dia kehendaki pasti akan terjadi. Dialah Sllah SWT
yang Maha Pencipta.
Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa
mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang
laki-lakipun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan
sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.
(3:47)
Kisah kelahiran Isa akan saya
ceritakan pada tulisan yang lain. Allah memilih Isa sebagai Rasul-Nya,
memberinya kitab Injil dan mengajarkannya kitab-kitab yang terdahulu yaitu
Taurat dan zabur.
Dan Allah akan mengajarkan kepadanya
Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. (3:48)
Allah mengutus Nabi Isa kepada Bani
Israil. Kepada Bani Israil Nabi Isa menjelaskan tanda-tanda kenabiannya yaitu
mukjizat menghidupkan burung dari tanah liat, menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kusta.
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani
Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu
dengan membawa sesuatu tanda (mu’jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor
burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari
lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati
dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda
(kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (3:49)
Nabi Isa berkata kepada kaumnya
bahwa dia membenarkan kitab-itab terdahulu yang telah diturunkan kepada Nabi
Musa (Taurat) dan Nabi Daud (Zabur), lalu menghalalkan apa yang dahulu
diharamkan.
Dan (aku datang kepadamu)
membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu
sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa
suatu tanda (mu’jizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah
dan ta’atlah kepadaku. (3:50)
Lalu Nabi Isa meminta kaumnya agar
menyembah Allah SWT sebagai jalan yang benar.
Sesungguhnya Allah, Tuhanku dan
Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus”. (3:51)
~~~~~~~~~~